Pancasila sebagai Alat Politik di Masa Kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno - Simpulin

Terhitung, Indonesia sudah sebanyak enam kali terjadi pergantian kepemimpinan sejak zaman Ir. Soekarno, baik itu melalui Pemilu maupun aklamasi. Setiap Pemimpin memiliki pandangan dan kebijakan yang berbeda mengenai Pancasila. Perbedaan tersebut terjadi karena memperhatikan perkembangan zaman yang dimana digunakan sebagai alat politik, baik untuk meraih kepemimpinan maupun meraih kepercayaan dalam memimpin. Walaupun begitu, nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila dan pandangan bahwa Pancasila sebagai pedoman tidak mengalami perubahan makna. Artikel ini akan membahas mengenai kebijakan terhadap Pancasila sebagai alat politik di zaman kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno.

 

Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mutlak hasil dari perjuangan para pejuang bangsa. Maksudnya, tidak ada campur tangan dari bangsa lain dalam perumusannya. Walaupun, butir-butir dan hasil pemikiran dasar negara Pancasila dikemukakan dan disahkan pada saat sidang yang dimana badannya tersebut hasil bentukan penjajahan Jepang. Akan tetapi, tetap saja mereka tidak ikut andil dalam perumusannya.

Dengan melalui beberapa badan bentukan Jepang seperti BPUPKI (Dokuritsu Zumbi Coosakai) dan PPKI (Dokuritsu Zumbi Inkai), akhirnya Pancasila terbentuk dan sah sebagai dasar negara Indonesia. Hal tersebut memang membutuhkan waktu yang lumayan lama. Hal ini dilakukan untuk mematangkan rumusan dasar negara Pancasila agar sesuai dengan kondisi dan karakteristik bangsa dan negara Indonesia. Dengan begitu, bangsa Indonesia dapat melakukan kegiatan atau aktivitas berbangsa dan bernegara sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan di dalam rumusan dasar negara, Pancasila.

Setelah pengesahannya, Pancasila harus melalui beberapa kejadian serta peristiwa, baik peristiwa positif maupun negatif, hingga bisa bertahan sampai saat ini. Tidak jarang adanya gerakan-gerakan yang dimana ingin mengubah atau memutarbalikkan nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Tak jarang pula Pancasila digunakan sebagai alat politik bagi para pemimpin bangsa untuk mendapatkan kekuasaan ataupun untuk menegakkan kebijakan di tanah Indonesia. Hal tersebut sudah dilakukani sejak awal pasca kemerderdekaan hingga masa reformasi saat ini. 


Pancasila sebagai Alat Politik di Zaman Kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno

Siapa yang tidak kenal dengan Bapak Ir. Soekarno. Beliau merupakan Presiden pertama Republik Indonesia yang dipilih secara aklamasi pada saat pelaksanaan sidang PPKI pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945. Tidak hanya itu, Beliau juga dikenal sebagai pencetus butir-butir Pancasila untuk dasar negara pada saat dilaksanakannya sidang pertama BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 yang dimana pada tanggal tersebut ditetapkan dan dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila hingga saat ini.

Dengan gaya bicara, sifat, dan pemikiran Ir. Sekarno terhadap pancasila, tidak heran jika Beliau dipilih dan disetujui langsung menjadi Presiden pertama Republik Indonesia. Hal tersebut menjadi awal dari perjalanan Ir. Soekarno sebagai kepala pemerintahan negara Indonesia dan Pancasila sebagai alat politiknya, baik untuk menarik suara, maupun dijadikan sebagai suatu kebijakan yang baru.

Ir. Soekarno menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia berlangsung cukup lama, mulai dari 18 Agustus 1945 sampai dengan 12 Maret 1967. Era Presiden Ir. Soekarno tersebut lebih akrab dikenal dengan sebutan Orde Lama. Orde lama dibagi lagi menjadi tiga periode dengan pengamalan dan kebijakan terhadap Pancasila sebagai alat politik yang berbeda, yaitu sebagai berikut

1. Periode 1945 - 1950

Periode 1945 - 1950 merupakan periode peralihan dari sebuah bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Pada periode tersebut, banyak sekali perundingan-perundingan yang dimana digunakan sebagai media perdamaian antara Indonesia dan negara penjajah. Pada periode tersebut pula banyak terjadi pemberontkan yang dilakukan oleh beberapa organisasi keagamaan maupun Ideologi terlarang bagi Indonesia. Hal ini terjadi karena belum begitu kuatnya politik tentang Pancasila di berbagai daerah Indonesa. Untungnya, dengan kesigapan Ir. Soekarno dan para tokoh negara lainnya yang berlandaskan pada Pancasila, akhirnya gerakan tersebut dapat dipadamkan dan berhasil mengamankan Indonesia sebagai negara Pancasila.

 

2. Periode 1950 - 1959

Pada periode 1950 - 1959 Indonesia benar-benar bisa diakatakan sudah terbebas atau merdeka dari penajajahan. Dengan begitu bangsa Indonesia dapat menjalankan sistem ketatanegaraan dengan sebagaimana mestinya. Hal ini dibuktikan dengan terwujudnya suatu pesta demokrasi, yaitu Pemilu 1955 yang bisa dibilang sebagai pengamalan terhadap Pancasila, tepatnya sila keempat. Pada periode yang sama, dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dimana Presiden Soekarno mendapat dukungan dari rakyat Indonesia. Karena dengan dekrit tersebut membuat kondisi politik di Indonesia kembali stabil. Upaya yang dilakukan Presiden ini dasarnya adalah hukum keselamatan negara dalam bahaya yang luar biasa yang terpaksa dijalankan. Tetapi di satu sisi, secara tidak langsung Dekrit tersebut menjadi alat politik sebagai bentuk penyalahgunaaan Pancasila dalam kehidupan berpolitik karena menjadikan Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu dampak negatif lain keluarnya dekrit tersebut dalam penerapan politik Pancasila, antara lain.

  • Dominasi presiden
  • Tidak berfungsinya lembaga tertinggi dan
  • lembaga tinggi negara
  • Makin berkembangnya paham komunisme
  • Makin besarnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.

 

3. Periode 1959 - 1967

Pada periode 1959 - 1967 untuk menarik perhatian politiknya, Ir. Soekarno mencetuskan konsep tiga pilar utama yang menjadi kekuatan politik bangsa Indonesia, sejak era pergerakan nasional hingga pasca-kemerdekaan. Konsep tersebut dikenal dengan Nasional (Pancasila), Agama, dan Komunisme atau lebih dikenal dengan singkatan Nasakom.

Nasakom memang menjadi tiga faksi utama dalam perpolitikan Indonesia pada periode tersebut. Hal ini didasari karena adanya partai-partai politik berhaluan nasionalis, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) besutan Sukarno, ada juga kelompok agama, seperti Masyumi dan Nahdlatul Ulama (NU), serta golongan kiri yang dimotori PKI.

Banyak dari kalangan tokoh berpengaruh di Indonesia, tidak suka dengan konsep tersebut. Hal ini karena adanya peleburan Komunisme di dalam politik Pancasila yang dimana Komunis itu sangat bertentangan dengan paham Pancasila itu sendiri..

Oleh karena itu, konsep tersebut tidak bertahan lama, tepatnya tahun 1965 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunisme Indonesia.(PKI) yang dimana berujung pembubaran partai tersebut. Karena pada saat itu Ir. Soekarno dekat dengan PKI membuat masyarakat tidak percaya akan pemerintahan Soekarno. Akhirnya Ir. Soekarno pun turun dari jabatannya sebagai Presiden dan digantikan oleh Soeharto yang sangta anti-komunis.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama